KUMPULAN BENCANA ALAM

Selasa, 24 September 2013

Gunung Sinabung Meletus Aktivitas Wisata di Brastagi Menurun

 Aktivitas wisata di Kota Brastagi dan Kabanjahe mulai menyusut pascareaksi yang dikeluarkan Gunung Sinabung dalam sepekan terakhir. Pantauan Tribun, Sabtu (21/9/2013) tak banyak lagi kunjungan wisata khususnya di sentra-sentra daerah yang biasa dikunjungi warga, seperti Bukit Gundaling, Bukit Kubu hingga hotel-hotel yang biasanya penuh sesak dipenuhi warga yang ingin berlibur. Di beberapa hotel kelas bintang pun tak lagi ditemui banyak mobil tamu yang parkir di halamannya.
"Inilah kalau dampak pengungsi terlalu banyak. Sehingga warga luar pun jadi khawatir dan takut datang kemari. Lihat itu hotel-hotel banyak yang kosong," kata Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono kepada Tribun.
Selain sepinya tempat wisata, tidak banyak juga kendaraan roda dua dan empat yang melintas di kawasan puncak, Brastagi dan Kabanjahe. Padahal biasanya di akhir pekan lalu lintas kendaraan di kedua daerah ini cukup padat.
"Warga mungkin takut dengan aktivitas Sinabung saat ini. Jangan berharap warga Medan berlibur kemari, justru warga sini yang sekarang banyak lari ke Medan," kata Budiman, pengelola hotel di Kawasan Gundaling.
Selain wisata, aktivitas ekonomi kawasan Brastagi dan Kabanjahe, juga dikhawatirkan akan ikut lumpuh jika jumlah warga pengungsi terus membludak dari hari ke hari. Surono memastikan kondisi ini akan terjadi jika warga "menelantarkan" ladang dan ternaknya lalu memilih ikut di pengungsian karena  panik. Lumpuhnya aktivitas pertanian ini juga akan merembet ke daerah-daerah lain yang masih tergantung terhadap hasil pertanian Karo.
"Itu (Karo) bisa lumpuh tak lama lagi. Kalau desanya aman, jangan ikut ngungsi dong. Urusin aja ladang dan ternaknya. Jangan sampai perekonomian warga dan Kabupaten Karo jadi lumpuh," keluh laki-laki yang akrab dipanggil Mbah Rono ini.
Seharusnya, katanya, warga di luar radius tiga kilometer dari puncak tetap beraktivitas seperti biasa. Sebab tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan asap dan hujan debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung saat ini.



sumber :  http://www.tribunnews.com/regional/2013/09/22/gunung-sinabung-meletus-aktivitas-wisata-di-brastagi-menurun

oleh : Rizka Amini Rhae
               XI IPA3

Jumat, 06 September 2013

Longsor Batu di Geurutee

Petugas perawatan jalan Nasional PPK-9, pada Jumat (6/9/2013) sekitar pukul 22.30 WIB malam, berhasil menyingkirkan bongkahan batu yang telah menutupi setengah badan jalan akibat longsor yang terjadi sekitar pukul 20.45 WIB di kilometer 65 kawasan puncak Gunung Geurutee, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya secara manual dibantu salah satu alat berat jenis loader. Sehingga sejak itu pula, arus lalu lintas telah mulai normal kembali seperti biasanya, dimana sebelumnya kendaraan dari dua arah Banda Aceh-Calang harus antri satu persatu pada bagian jalan yang tidak tertutup oleh bongkahan batu yang sempit. "Bongkahan batu yang menutupi setengah badan jalan di puncak gunung geurutee akibat longsor tadi malam sekitar puku 22.30 WIB, telah berhasil kita tanggulangi. Sehingg arus lalu lintas telah mulai normal kembali seperti biasanya, dan kita berharap kepada semua pengguna jalan agar tetap waspada ketika melintasi Geurutee, agar terhindar dari ancaman longsor yang tidak diduga nantinya. Sebab pada musim hujan memudahkan batu-batu yang ada ditebing gunung mudah longsor," jelas Muhammad Ikbal, staf Perawatan Jalan Nasional, Pejabat Pembuat Komitmen 9 (PPK9), kepada Serambinews.com, Jumat (6/9/2013), tadi malam sekitar pukul pukul 22.50 WIB.



sumber : http://aceh.tribunnews.com/2013/09/07/longsor-batu-di-geurutee-berhasil-dibersihkan

Selasa, 03 September 2013

BANJIR MELANDA 4 KECAMATAN DI INDONESIA

Beberapa jalan poros desa di Kabupaten Tuban lumpuh akibat terendam banjir, pada Selasa 19 Februari 2013. Jalan desa yang terendam banjir itu, berada di Kecamatan Soko dan Rengel, berlokasi di pinggir Sungai Bengawan Solo. Akibatnya, sejumlah aktivitas antar-warga yang ada di desa-desa pinggir Bengawan Solo, jadi terganggu. Warga menggunakan transportasi berupa perahu tradisional dan perahu karet dari bantuan Pemerintah Kabupaten Tuban. Karena, ketinggian banjir mencapai 1 meter hingga 1,5 meter di perkampungan penduduk. Di Kecamatan Rengel, terdapat 14 desa dimana beberapa jalan desa terendam banjir mulai Senin 18 Februari dan puncaknya Selasa 19 Februari 2013 ini. Di antaranya Desa Ngadirejo, Kanorejo, Karangtinoto, Tambakrejo, Sumberejo, Punggulrejo dan di Desa Sawahan. Jalan antar-desa tersebut lumpuh karena terendam banjir sekitar satu hingga 1,5 meter. Kendaraan motor dan mobil, tidak berani lewat dan terpaksa hanya parkir di daerah aman di sekitar perkampungan. Puluhan warga yang ada di desa tersebut, terpaksa tidak bisa menjalankan aktivitasnya. Padahal, sebagian warga di desa-desa itu, bekerja sebagai pedagang yang menyuplai hasil bumi ke Pasar Rengel. Mulai dari kebutuhan sayur-mayur, buah, juga unggas. Jarak yang harus ditempuh desa-desa itu ke Pasar Rengel, sekitar empat hingga lima kilometer. “Ya, jalan desa terendam banjir,” ujar Amir warga Rengel, Tuban pada Tempo, Selasa 19 Februari 2013. Sementara itu, banjir juga melumpuhkan sejumlah jalan antar-desa yang berada di Kecamatan Soko, Tuban. Di antaranya di Desa Glagahsari dan Desa Sokosari yang rata-rata terendam banjir sekitar satu meter. Warga memilih mengungsi di sekitar areal sumur minyak yang berlokasi di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban. Sejumlah pejabat Pemerintah Tuban, DPRD juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), telah mengungjungi sejumlah desa yang terendam banjir. Mereka menggunakan perahu untuk masuk di 11 desa yang terendam banjir. Menurut Camat Rengel Tadjudin Tebyo, dari 14 desa di daerahnya, hanya tiga desa yang terbebas dari banjir. Yaitu Desa Rengel, Kebunagung dan Banjaragung. Selebihnya, sudha terendam banjir. Penyebabnya, sebagian besar di kecamatan ini, masuk daerah rendah yang kerap jadi langganan banjir tahunan. “Ya, jalur antar-desa lumpuh,” tegasnya pada Tempo, Selasa Februari 2013. Pihak Kecamatan Rengel telah mendistribusikan sejumlah bantuan. Mulai dari tempat pengungsian, bantuan perahu karet, juga makanan kebutuhan beberapa hari. Selain itu, tim dari BPBD juga standby di Kantor Camat Rengel, mengingat daerah ini paling parah warganya terendam banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Pemerintah Kabupaten Tuban secara resmi mengumumkan status waspada banjir. Menyusul empat kecamatan dan sekitar 47 desa terendam banjir akibat Bengawan Solo meluap. Status waspada banjir ini disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Senin 18 Februari 2013. Pemerintah juga meminta kewaspadaan bagi masyarakat di empat kecamatan itu, untuk mengikuti petunjuk praktis penanganan kebencanaan. “Status waspada sudah kita terapkan,” kata Kepala BPBD Tuban Joko Ludiono pada Tempo, Senin 18 Februari 2013. Pemerintah Tuban telah menyiapkan sebanyak 3.000 paket sembako untuk korban banjir. Selain itu, beberapa titik untuk dapur umum bagi pengungsi telah didirikan. Kecamatan yang terendam yaitu Kecamatan Soko. Di antaranya di Desa Menilo, Glagahsari, Simo, Pandan Wangi, Sandingrowo, Kenongosari, Mojoagung, Kendalrejo dan Desa Rahayu. Ketinggian air baru terus meningkat kini sudah lebih dari satu meter. Kecamatan yang mulai tergenang adalah Rengel, Plumpang dan Widang. BPBD Jawa Timur telah menggeser anggotanya ke beberapa Kecamatan di Tuban. Empat perahu bantuan yang diturunkan untuk membantu pengungsi banjir. Sementara itu, di Bojonegoro, puncak banjir juga mash terjadi di kecamatan yang berada di sebelah timur. Dampak dari banjir, ada 58 sarana pendidikan, yaitu 19 Taman Kanak-kanan, 29 Sekolah Dasar dan 20 Sekolah Menengah terendam banjir. Dinas Pendidikan Bojonegoro meminta para kepala sekolah untuk mengatur jadwal kegiatan belajar. Aspek keamanan bagi anak didik juga wajib dipertimbangkan. “Jika yang banjir dan berisiko, sekolah boleh meliburkan murid,” tegas Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro Khusnul Khuluq pada Tempo Senin 18 Februari 2013. Selain sarana pendidikan, juga ada tempat ibadah yang terendam banjir. Yaitu 23 Masjid dan 36 Mushola. Kemudian jalan poros kecamatan sepanjang 1116 meter jalan poros desa, sepanjang 824 meter terendam banjir. Juga ada 27 jembatan yang menghubungkan antara desa satu dan lainnya terendam. Sebagian besar, fasilitas umum yag terendam banjir berada di Kecamatan Trucuk, Kalitidu, Dander, Kanor, Kalitidu, Kasiman dan sebagian Malo. Luapan Sungai Bengawan Solo, Senin, 18 Februari 2013, melanda empat kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yakni Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, dan Widang. Bahkan puncak banjir diperkirakan terjadi Senin siang hingga malam ini. Juru bicara Pemerintah Kabupaten Tuban, Jony Martoyo, mengatakan telah mengumumkan status siaga III banjir Bengawan Solo. Warga pun diminta waspada. Apalagi banjir kali ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan awal Januari lalu. ”Instruksi sudah kita sebar ke empat kecamatan itu,” katanya kepada Tempo, Senin, 18 Februari 2013. Ketinggian air terus meningkat sejak Minggu malam, 17 Februari 2013. Di sejumlah desa di Kecamatan Soko, terutama yang berada di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo, mencapai sekitar satu meter. Kondisi diperparah karena tidak ada tanggul penahan air. Demikian juga di Kecamatan Rengel, ketinggian air sekitar 40 sentimeter. “Air mulai naik,” ujar Wadji, warga Desa Sawahan, Kecamatan Rengel, kepada Tempo, Senin, 13 Februari 2013. Sedangkan banjir yang melanda 11 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro sudah mulai surut. Di antaranya Kecamatan Kalitidu, Malo, Trucuk, Dander, dan sebagian Kecamatan Kota Bojonegoro. Namun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro masih menetapkan status siaga III. Sebab, ketinggian permukaan air di papan pengukur di Karang Nongko menunjukkan angka 26,47 phielschaal dan di Kecamatan Kota Bojonegoro 15,09 phielschaal. ”Air masih tinggi,” ucap Wahyu, seorang sukarelawan penjaga dan pencatat banjir di Bojonegoro. Di kawasan sebelah timur Kota Bojonegoro, genangan air masih tinggi, seperti di Kecamatan Kanor, Sumberejo, Balen, dan Baureno, yang berbatasan dengan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Sebagian anggota tim BPBD Bojonegoro, BPBD Jawa Timur, serta TNI Angkatan Darat bergeser ke kawasan tersebut. Ada pula yang dikerahkan ke Kabupaten Tuba, namun sebagian besar tim masih berada di Kota Bojonegoro. Sebab, masih banyak pengungsi yang mendiami tenda darurat dan tempat penampungan, seperti di Balai Serbaguna Bojonegoro.

TSUNAMI

Hasil penelitian pakar tsunami LIPI, Universitas Tokyo, dan Universitas Hokkaido, Jepang, menyimpulkan, kecepatan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, 25 Oktober, mencapai 800 km/jam. “Berdasarkan penelitian, gelombang tsunami di Maonai, Sabeuguggung, Purourougat, Pagai Utara memiliki kecepatan 800 kilometer per jam di laut dan menjadi 30-40 kilometer per jam ketika tiba di daratan,” kata pakar gempa Geoteknologi LIPI Eko Yulianto, di Padang, Rabu. Menurut Eko, jangkauan terjangan air ke darat mencapai 100-250 meter bergantung pada ketinggian gelombang. “Ketinggian gelombang yang menerjang daerah Pagai Utara dan Selatan itu berkisar enam sampai tujuh meter,” katanya. Dennga ketinggian gelombang seperti itu dan kecepatan yang tinggi entah bagaimana pemerintah dalam hal ini BMKG bisa tidak melihat dan mendeteksi tsunami tersebut hingga media massa asing memberitakannya. Menurut dia,, tsunami menerjang Pagai Utara berkisar tujuh menit setelah gempa 7,2 SR pada 25 Oktober karena pusat gempa sangat dekat dengan wilayah daratan di Mentawai “Jadi tidak cocok dengan sosialiasi yang dilakukan selama ini, yang menyebutkan tsunami terjadi setelah 30 menit gempa terjadi,” katanya. Ia mengimbau masyarakat agar tidak menunggu instruksi BMKG soal potensi tsunami sesaat setelah gempa dan tidak perlu mengukur kekuatannya. “Lebih baik menyelamatkan diri dengan lari ke bukit,” katanya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa 7,2 RR yang melanda Mentawai diikuti tsunami terjadi Senin (25/11) pukul 21.42 WIB. Sebanyak 1116 unit hunian sementara akan dibangun di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, untuk merelokasi korban gempa dan tsunami. “Hunian sementara itu disediakan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar sebanyak 600 unit dan 516 unit akan disumbangkan PMI,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai, Paulinus Sabelekpangulu, di Sekakap ketika dihubungi ANTARA dari Padang, Selasa. Menurutnya, hunian sementara tersebut akan dibangun di kawasan perbukitan sehingga masyarakat aman dari ancaman tsunami dan tidak mengganggu mobilitas masyarakat antara lain di Desa Muara Taikako. “Lokasi yang lain masih disurvei oleh Pemkab dan DPRD. Hunian sementara ini masih dalam tahap sosialisasi kepada para pengungsi,” ujarnya menambahkan. Ia menambahkan, setiap kepala keluarga (KK) yang berada di 27 dusun di kecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan akan disatukan di satu titik karena setiap dusun hanya dihuni puluhan KK. “Seluruhnya akan diupayakan selesai sebelum perayaan nata,” katanya. Sementara, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyatakan status tanggap darurat di Bumi Sikkerei tersebut diperpanjang hingga 22 November 2010. Sebelumnya, masa tanggap darurat ditetapkan hanya sampai 8 November. “Tanggap darurat diperpanjang dua Minggu karena pada masa tanggap darurat sebelumnya kegiatan tidak optimal akibat cuaca buruk,” katanya. Penambahan masa tanggap darurat tersebut, kata Irwan, akan digunakan untuk membangun tempat tinggal sementara, sekolah sementara dan proses pengobatan korban. “Pemerintah juga akan membangun 4000 rumah sementara bagi pengungsi korban tsunami Mentawai,” katanya.

Tsunami di Mentawai

Pengungsi korban tsunami yang dikonsentrasikan di Kilometer 37 Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tiga hari terakhir ini tak mendapat makan dan minum yang cukup. Salah satu penyebabnya, lagi-lagi, adalah minimnya koordinasi di lapangan. Di kawasan itu setidaknya ada 500 pengungsi, termasuk anak- anak dan anak balita. Mereka berasal dari sejumlah dusun, antara lain Purourougat, Asahan, Bake, dan Maurau. Sejak Selasa lalu tak hanya jatah makan yang kurang, tetapi pengungsi juga tak mendapat sarapan. Selasa dan Rabu pengungsi diberi makan, masing-masing, mulai pukul 13.00 dan 15.00. Kemarin, pengungsi baru diberi makan pukul 14.00. Itu pun hanya sebagian yang mendapat jatah. Akibat jumlah konsumsi sangat terbatas, kemarin, yang diprioritaskan mendapat makanan adalah anak-anak. Itu pun tidak semua anak kebagian. Stok air mineral bahkan habis total. Tak sedikit anak balita yang menangis kelaparan. Tak ada yang proaktif Meskipun krisis makanan sangat terasa di Km 37 itu, tak ada satu pun aparat pemerintah yang mengoordinasi pendistribusian makanan bagi pengungsi tersebut. Tak ada yang proaktif mencarikan solusi. Hal yang terjadi selama tiga hari belakangan ini adalah konsumsi baru tersedia setelah pengungsi berteriak-teriak. Tak jarang, ibu-ibu membawa anak- anak mereka yang menangis kelaparan ke dapur umum. Dapur umum yang diawaki sepuluh perempuan tak mampu menyediakan konsumsi sebagaimana kebutuhan pengungsi yang semakin bertambah banyak. Selain tenaga terbatas, peralatan masak juga terbatas. Stok bahan makanan di Km 37 juga diperkirakan habis Jumat ini. ”Dapur umum sudah kewalahan,” kata Yusnidar Salamoisa (40), salah satu petugas dapur umum. Menanggapi hal itu, pengungsi menyatakan, mereka bersedia memasak sendiri. Mereka hanya membutuhkan peralatan masak berikut minyak tanah, bahan pangan yang cukup, dan akses air bersih yang memadai. Namun, ketiga hal yang disebutkan pengungsi itu sama sekali belum tersedia di Km 37. Di samping persoalan makanan, Km 37 juga belum dilengkapi sarana mandi, cuci, kakus (MCK) sekaligus akses air bersih. Hari-hari mendatang diperkirakan akan semakin banyak pengungsi yang datang ke Km 37. Penanggung Jawab Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Sikakap, Endang Suhendar, yang dimintai komentarnya tentang masalah ini, mengatakan, ia telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan pelayanan. ”Jika masih ada kekurangan, artinya masih perlu peningkatan kinerja,” katanya. Klik

GEMPA ACEH

Warga kepulauan Nias ikut merasakan gempa yang menghantam wilayah Sumatera Utara, Aceh. Bahkan sebelum gempa berkekuatan 8,5 skala richter itu terjadi, warga Nias merasakan gempa awalan sebelum akhirnya gempa besar menyusul dalam beberapa menit kemudian. “Di sini gempa juga dirasakan di Nias. Warga berlarian ke luar,” ujar Iyun warga Kepuluan Nias Rabu (11/4/2012). Menurut Iyun, sebelum gempa besar, warga pertama kali mendapatkan gempa kecil dan pada gempa kedua yang hanya berselang beberapa menit, dirasakan sangat besar goyangannya. “Beberapa warga bahkan masih duduk di jalanan untuk berjaga-jaga jika ada gempa susulan,” terangnya. Bahkan untuk menjaga kemungkinan yang terburuk, beberapa warga kemudian telah memasukkan beberapa barang berharganya ke dalam tas. “Sudah dimasukkan ke dalam tas semuanya jadi tinggal dibawa jika ada gempa besar,” kata Iyun. Gempa bumi berkekuatan 8,5 Skala Richter (SR) yang melanda Aceh dan sekitarnya juga terasa hingga ke sebagian wilayah Singapura, Thailand dan India. Warga-warga di negara-negara tersebut ikut panik dan berhamburan keluar rumah. Seperti dilansir oleh Reuters, Rabu (11/4/2012), gempa ini dirasakan oleh warga yang berada di Bangkok, Thailand. Warga yang panik pun berhamburan ke jalanan. Gempa yang sangat kuat juga terasa di wilayah India bagian selatan. Ratusan pekerja di wilayah Bangalore, India, bahkan terpaksa harus meninggalkan gedung masing-masing. Sedangkan menurut Twitter, gempa ini juga dirasakan di wilayah Singapura dan Malaysia. Bahkan dilaporkan bangunan apartemen dan gedung perkantoran di wilayah pantai barat Malaysia berguncang selama 1 menit. Menurut Pusat Peringatan Tsunami Wilayah Pasifik di Hawaii, gempa ini berpotensi tsunami. Diperkirakan tsunami akan berdampak di wilayah Indonesia, India, Sri Lanka, Australia, Myanmar, Thailand, Kepulauan Maldives, wilayah Samudera Hindia lainnya, Malaysia, Pakistan, Somalia, Oman, Iran, Bangladesh, Kenya, Afrika Selatan dan Singapura. Pasca gempa 8,5 skala richter (SR) di Aceh dan Sumatera Utara saat ini membuat pembangkit listrik di wilayah tersebut mati otomatis. Ini mengakibatkan pemadaman listrik. Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji menyatakan, pembangkit listrik PLN di Medan mati otomatis akibat getaran gempa yang terlalu kuat. “Jadi memang ada wilayah yang harus kami padamkan karena pembangkit kami di Medan mati otomatis akibat guncangan gempa. Sebagian konsumen kita padamkan dulu,” jelas Nur Rabu (11/4/2012). Pemadaman listrik, ujar Nur, terjadi hampir di seluruh wilayah Sumatera Utara karena guncangan gempa sangat kuat. “Jadi pembangkit mati otomatis karena alat pengaman bekerja. Akan kita periksa dulu untuk dicek apakah sudah bisa dinyalakan kembali,” jelas Nur. Otoritas Malaysia juga mengeluarkan peringatan tsunami menyusul gempa bumi berkekuatan 8,5 SR yang mengguncang Aceh. Penduduk di sepanjang pantai barat Malaysia diserukan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. “Kami telah mengumumkan peringatan tsunami di sepanjang pantai barat semenanjung Malaysia. Kami telah memerintahkan evakuasi segera untuk warga di sepanjang pantai negara-negara bagian Perlis, Kedah, Langkawi, Penang dan Perak,” kata seorang pejabat Departemen Meteorologi Malaysia kepada kantor berita AFP, Rabu (11/4/2012). Sebelumnya, otoritas India, Sri Lanka dan Thailand juga telah mengeluarkan peringatan tsunami menyusul gempa 8,5 SR di Simeuleu, Aceh yang terjadi pada pukul 15.38 WIB. Peringatan tsunami di Thailand bahkan telah diperluas untuk 6 provinsi dari sebelumnya 2 provinsi saja. Sementara pusat manajemen bencana Sri Lanka telah menyerukan penduduk pantai untuk bergerak ke daerah-daerah yang lebih tinggi. Ini sebagai pencegahan jika terjadi gelombang tsunami. Disebutkan bahwa gelombang tsunami bisa menjangkau wilayah pantai timur Sri Lanka dalam waktu dekat. Otoritas Sri Lanka pun menyerukan evakuasi warga dari jalur-jalur pantai. “Ada kemungkinan kuat tsunami menghantam pulau ini setelah gempa bumi di Indonesia,” kata wakil direktur Departemen Meteorologi Sri Lanka M. D. Dayananda kepada AFP. Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam berbondong-bondong menuju perbukitan menyusul gempa berkekuatan 8,5 skala richter. Jalan macet dan suara azan bergema. “Listrik padam, jalan macet menuju tanah yang tinggi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Rabu (11/4/2012). Menurut dia, suara sirine meraung-raung dan suara azan berkumandang. Saat dihubungi terpisah, Kabag Humas Basarnas Gagah Prakoso mengatakan jajarannya siaga diterjunkan ke lokasi bencana. “Kita telah siap dan siaga. Data kerusakan dan korban masih dihimpun,” ujar Gagah. Gempa kembali terjadi di Aceh sebesar 8,1 SR. Gempa itu dirasakan kencang seperti yang pertama. “Terasa barusan. Yang pertama sekitar jam 4-an sore, sekarang barusan beberapa detik. Kencangnya seperti yang awal,” jelas petugas keamanan Pelabuhan Belawan Khairul, yang dihubungi Rabu (11/4/2012) pukul 17.50 WIB. Namun kondisi Pelabuhan Belawan, imbuhnya, normal. Pelabuhan Belawan terletak di pantai timur Sumatera, dekat selat Malaka. Meulaboh, Aceh bersiaga menyusul gempa susulan besar. Petugas kepolisian dan SAR bersiaga di pinggir pantai.”Informasi yang saya dapat, air lau kadang naik selutut kadang turun, ini tidak wajar,” kata Kapolres Aceh Barat AKBP Artanto saat dikonfirmasi Rabu (11/4/2012) pukul 17.50 WIB. Artanto menjelaskan, penduduk di pinggir pantai sudah diungsikan ke tempat yang lebih tinggi. “Jalur evakuasi sudah disiapkan,” jelasnya. Sejauh ini kondisi di Meulaboh masih kondusif. Belum ada laporan soal korban jiwa dan kerusakan. Petugas tetap bersiaga.”Petugas masih bersiaga,” jelasnya. Meski ancaman tsunami Jepang tak terjadi di wilayah Indonesia, kepanikan dan kesiapsiagaan terjadi pada Jumat (11/3) petang di Manokwari, Jayapura, Ambon, Ternate, dan Manado, mengantisipasi gempa besar 8,9 skala Richter dan tsunami di Jepang, Jumat siang. Sebagian kecil warga pesisir kota Manokwari di Kampung Borobudur sekitar pukul 18.00 panik setelah perangkat kampung mengumumkan agar warga waspada dan mengungsi. Banyak warga yang mengemasi barang-barang mereka dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Di Jayapura, kepanikan terjadi sekitar pukul 18.00 saat penduduk menyelamatkan diri dengan kendaraan umum dan kendaraan pribadi ke Entrop dan Abepura yang merupakan daerah perbukitan. Jalanan di Jayapura yang biasanya meriah, menjelang malam, mendadak jadi lengang. Emi dan Abu Rumkel, keduanya penduduk Kampung Borobudur, Manokwari, mengaku khawatir jika terjadi tsunami. Emi membawa kedua anaknya dan bersama temannya menuju ke bagian kampung yang lebih tinggi. Sedangkan Abu Rumkel mengatakan, warga panik karena pengalaman buruk peristiwa tsunami pada 1996 di Biak. Menurut Yulson Sinery, petugas pemantau meteorologi dari BMKG Kelas III Manokwari di Papua Barat, ada enam daerah yang berpotensi tsunami, yakni Manokwari, Kota Sorong, Sorong Selatan dan utara, Raja Ampat, dan Teluk Wondama. Sedangkan di Provinsi Papua ada di delapan lokasi. Situasi Ambon (Maluku) dan Ternate (Maluku Utara) nyaris sama dengan Papua. Kepanikan warga terlihat sekitar pukul 17.00. Jalan-jalan ramai oleh hiruk-pikuk orang yang hendak mengungsi ke perbukitan Gunung Gamalama. Transportasi laut dari Ternate ke Pulau Halmahera atau Pulau Tidore dihentikan sementara. Di Kota Ambon, sebagian warga di pesisir Waihaong memilih mengungsi ke perbukitan Kebun Cengkeh. Jaringan telekomunikasi di Maluku dan Maluku Utara sekitar pukul 17.00 terganggu. Di Jayapura, warga menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi untuk mengungsi ke daerah perbukitan Entrop dan Abepura. Kepanikan luar biasa melanda sebagian warga Sulut. Sebagian penduduk bahkan mengungsi ke Kota Tomohon, kota pegunungan, 30 kilometer dari Manado. Anjuran mengungsi Pemprov Sulut memberikan pengumuman melalui pengeras suara di setiap kelurahan di Kota Manado. Sedangkan Gubernur Sulut SH Sarundajang, melalui berita radio dan televisi lokal, meminta warga untuk mengungsi. Menurut Sarundajang, Sulut akan menjadi tuan rumah pelaksanaan latihan penanggulangan bencana internasional, termasuk tsunami, 15 Maret mendatang. Ia berharap warga tetap tenang dan tidak panik. Namun, situasi lalu lintas di jalan-jalan protokol kota Manado kacau-balau. Warga berebut keluar meninggalkan Jalan Piere Tendean di kawasan Boulevard di bibir pantai Manado. Jalan Bethesda dan Teling macet total. Di Kepulauan Talaud dan Kota Bitung, ribuan warga mengungsi ke kawasan perbukitan. Warga Gorontalo Utara memilih mengungsi sejak sore. Di Bali, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan, tsunami Jepang tidak berdampak besar terhadap Indonesia. Meski demikian, pemerintah daerah di wilayah rawan, seperti di Sulut, Papua, dan Maluku Utara yang berhadapan langsung dengan Laut Pasifik, harus tetap waspada.

GUNUNG API

Gunung Api Rokatenda di Pulau Palue Nusa Tenggara Timur Meletus Dahsyat Hari Ini Posted on August 10, 2013 | 1 Comment Letusan Gunung Api Rokatenda di Pulau Palue, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kali ini paling dahsyat ketimbang letusan-letusan sebelumnya. Sejak meletus lagi pada Sabtu (10/8/2013) sekitar pukul 04.27 WITA, hingga saat ini Gunung Api Rokatenda masih menunjukkan aktivitasnya mengeluarkan material vulkanik. “Kita dapat informasi dari Pos Pemantau Gunung Api Rokatenda, bahwa letusan kali ini sangat kuat dibandingkan dengan letusan sebelumnya,” ungkap Sekretaris Camat Palue, Marten Adji. Dihubungi terpisah, Kepala Pos Pemantau Gunung Api Rokatenda di Ropa, Frans Wangge menjelaskan, letusan yang terjadi pagi ini cukup kuat. Letusan yang terjadi dengan Kekuatan letusan 10-40 amplitudo dan lama letusan 420 detik. Menurut Wangge, Letusan ini mengakibatkan awan panas dan mengeluarkan lahar panas. Wangge minta masyarakat jangan mendekati gunung tersebut. Selain menyeburkan awan panas, Gunung Rokatenda juga memuntahkan lahar panas yang mengalir dari Woje Wubi sampai ke Pantai Punge di Desa Rokirole. Lahar panas inilah yang menyebabkan lima orang meninggal dunia. Dari lima korban yang hilang, tiga di antaranya telah ditemukan, sedangkan dua lainnya belum ditemukan karena upaya pencaharian terkendala dengan lahar panas. Warga yang menjadi korban meninggal saat itu tengah berada di pantai untuk mau mencari ikan. Selain itu, suhu panas menyebabkan tanaman di hutan maupun lahan masyarakat terbakar mulai dari pantai sampai ke kampung. Pemerintah saat ini minta masyarakat supaya mengamankan diri tidak melewati jalan raya tapi turun ke pantai. Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera yang dihubungi ke ponselnya, mengatakan, pihaknya saat ini tengah menyiapkan diri untuk turun ke Palue melihat langsung masyarakat dan untuk melakukan kegiatan evakuasi. Menurut Ansar, dirinya ke sana bersama pihak TNI/Polri dan Basarnas serta unsur pemerintah lainnya. “Tentu harus evakuasi. Nanti saya tiba di Palue saya melihat kondisi dari dekat baru ambil langkah berikutnya,”ungkap Ansar. Bupati Ansar didampinggi Dandim, Danlanal, pejabat Polres, mantan Wabup Wera Damianus berangkat ke Palue dengan menggunakan dua speed boat milik Basarnas dan DKP Sikka dari pelabuhan Wuring, Maumere. Enam orang dipastikan tewas tersapu awan panas akibat letusan Gunung Berapi Rokatenda di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (10/8/2013) pagi. Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya sore ini. Sutopo mengatakan, hingga saat ini, pencarian, penyelamatan dan pemindahan korban masih terus dilakukan. Hingga sore ini, data sementara korban tewas berjumlah enam orang, empat orang telah ditemukan dan dua lainnya masih hilang. Data korban meninggal akibat terkena awan panas, yaitu: 1. Aloysius Lala, 65 tahun 2. Wea Lala, 58 tahun 3. Petrus Ware, 69 tahun 4. Aluysius Korban yang belum ditemukan adalah: 1.Lengga, 5 tahun 2. Pio, 7 tahun Mereka tersapu awan panas pada saat masih tertidur di Pantai Punge, Desa Rokirole. Sementara, terkait jumlah pengungsi, hingga kini masih dilakukan pendataan. Menurut Sutopo BNPB telah melakukan koordinasi dengan BPBD untuk penanganan darurat. Tim Reaksi Cepat BNPB telah berangkat tadi siang untuk memberikan pendampingan dalam penanganan darurat Rokatenda. Lebih dari 3.000 warga lima desa di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang berada di sekitar zona merah kawasan guung berapi Rokatenda, dipindahkan ke Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka. Warga dipindahkan, setelah Gunung Rokatenda meletus dan memuntahkan lahar panas, Sabtu (10/8/2013) dinihari sekitar pukul 4.27 Wita. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT, Tini Tadeus, kepada Kompas.com, mengatakan, lima desa yang berada di kawasan zona merah yakni Desa Rokirole, Lidi, Nitunglea, Ladolaka dan Tuanggeo. “Kini warga sudah berada di dua tempat yakni di Maurole dan Maumere ibukota Kabupaten Sikka,” kata Tadeus. Menurut Tadeus, letusan Gunung Rokatenda kali ini lebih dasyat dari letusan pada 2 Februari 2013 lalu, di mana saat itu Gunung Rokatenda sempat mengeluarkan letusan dan membuat jalur menuju dua desa terputus. Akibatnya, sekira 2.000 warga di Desa Lidi dan Desa Nitunglea terisolasi. “Sebelumnya buangan lahar gunung Rokatenda ke arah selatan menuju ke Desa Nitunglea, namun hari ini laharnya pindah haluan ke arah utara yakni ke Desa Rokirole, karena posisi kawah gunung itu sewaktu-waktu bisa pindah,” kata Tadeus. “Rokatenda itu adalah pulau gunung yang konstruksinya bukan seperti gunung-gunung yang lain di Pulau Flores, sebab konstruksinya itu dari batu-batu yang bisa mudah pindah titik meletusnya,” kata Tadeus. Lima orang warga Desa Rokirole, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tewas terkena lahar panas, Gunung Rokatenda, Sabtu (10/8/2013), dinihari diketahui menolak dievakuasi. “Tiga orang tua yang meninggal itu, ibaratnya Mbah Marijan di Gunung Merapi. Mereka bertiga tidak mau keluar dari Gunung Rokatenda, meskipun sudah diberitahu oleh pihak pemerintah setempat,” ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT, Tini Tadeus, kepada Kompas.com, Sabtu Sore. ”Kepercayaan mereka di sana, kalau semua warga keluar dari zona merah itu maka, lahar akan merusak pemukiman mereka, sehingga ketiganya bertahan di sana bersama dua orang cucu mereka,” sambung Tadeus. Tadeus mengatakan, sebagian besar warga yang lain sudah mengungsi sehari sebelumnya. Sementara hanya beberapa warga saja yang tetap tinggal untuk menjaga kampung mereka, termasuk lima orang yang meninggal tersebut. Diberitakan sebelumnya, lima orang tewas itu berasal dari Desa Rokirole, masing masing Alosyus Lala (65), Wea Lala (56), Petrus Ware (69), serta dua orang bocah Lenga (5) dan Pio (7). Sementara itu, lebih dari 3.000 warga lima desa di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, yang berada di sekitar zona merah kawasan Gunung Berapi Rokatenda, dipindahkan ke Maumere, Ibu Kota, Kabupaten Sikka. Letusan Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebabkan lima orang tewas tertimbun lahar, Sabtu (10/8/2013) sekitar pukul 4.27 Wita dinihari tadi. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT, Tini Tadeus, mengatakan, lima orang tewas itu berasal dari Desa Rokirole, masing masing Alosyus Lala (65), Wea Lala (56), Petrus Ware (69), serta dua orang bocah Lenga (5) dan Pio (7). “Awalnya tiga orang tua yang ditemukan tewas dan dua bocah hilang, namun setelah beberapa jam kemudian akhirnya dua bocah itu ditemukan sudah dalam keadaan tewas dan direncanakan besok kelima jenazah itu akan dikuburkan,” kata Tadeus. Menurut Tadeus, kini pihaknya masih berkoordinasi dengan BNPB Kabupaten Sikka untuk melakukan evakuasi lanjjutan terhadap warga di jalur zona merah.




 Sumber : http://akuindonesiana.wordpress.com/2013/08/10/gunung-api-rokatenda-di-pulau-palue-nusa-tenggara-timur-meletus-dahsyat-hari-ini/